" Assalamuaikum , " serentak itu, pintu bilik perlahan ditolak dari luar.
Sunyi je ?
" Assalamualaikum " sekali lagi salam diberi kepada tuan bilik tersebut namun masih tidak disambut. Terjegul kepala si pemberi salam kedalam bilik .
Patutlah pun salam tidak bersambut. Tidur rupanya. Sekali hanya pandangan ditebar ke bilik sebelum melepaskan keluhan kecil. Perlahan dia bangun dari duduk menuju ke tingkap. Langsir ditarik dan diikat. Biarlah cahaya masuk sedikit ,agar ruang bilik terang sikit. Sekali lagi dipandang kearah Akalili yang langsung tidak berkutik dari pembaringannya sebelum mata dilarikan ke meja belajar. Terlihat buku yang entah apa entah yang yang ditindih dengan kertas. Dengan pen yang terletak begitu dan buku yang dibiar terbuka. Patutlah tidur tahap tidak sedar.Kemudian , pandangan dialih semula kewajah Akalili yang beku tanpa riak .
Lama.....
Sukar sebenarnya hendak mentafsir orang hanya pada wajah. Contoh paling dekat , Akalili yang baring depan aku ni. Pada masa terasa seperti betapa Akalili ini ku kenal dari luar kedalam, dari -Alif hingga ke Ya, terkadang timbul perasaan tentang siapa dan apa yang Akalili rasa dan fikir.
Sedang bermonolog dia kemudia teringat pada pertemuan pertama mereka.
" Hai. Saya Akalili Hannani. Umur 19 tahun . Selamat berkenalan , " tangan dihulur sebagai tanda perkenalan.
" Anna Sofea. Umur pun 19 tahun. Asal kota kinabalu. Nice to know you, " balasnya dengan senyuman.
" Please take of me for this three years together , " Ujar Akalili sambil mengenyitkan matanya sebelum ketawa.
Sungguh easygoing. Itu impression pertamanya kepada Akalili. Tapi, pada tahun pertama selepas mengenali Akalili is the hardest part though. Bila orang tanya kenapa , aku hanya mampu jawab entah.
Kenapa ya ?
Entah..
Mungkin sebab Akalili , tough outside but fragile inside. Mungkin sebab, yang sebenarnya dalam keadaan dia nampak matang dari segi badan ( hahaha..Itu sudah pasti ), pendapat, pemikiran , cara urus dan kawal perkara tapi dalam masa yang sama , gaya immature dia buat orang rasa entah. Dibiar kasihan, tapi bila dijaga buatkan orang rasa dia boleh jaga diri sendiri.
Tapi yang buat aku rasa selesa berkawan dengan dia sebab dia selamba , good listener, know how to soothe people , she just dont think tentang perasaan orang bila orang minta pendapat. Tiada bengkang bengkok ayat sebab katanya , apa yang dia cakap berdasarkan pendapat yang dirasakan rasional selepas fikir yang baik dan yang buruk. Kebenaran selalunya pahit tapi kepahitan itu adalah penawar terbaik untuk perkara yang tidak betul .
Is what I think.
Dipandang wajah Akalili dalam keadaan yang tidur. Dipandang pada wajah yang selalu tersenyum. Pada mata yang selalu terlihat seperti ada yang hendak diceritakan. Cerita tentang pahit manisnya hidup. Cerita tentang sesuatu yang sakit mungkin. Dia , Akalili yang sukar ditafsir.
" Unpredictable " Terlepas suara ke alam nyata tanpa sedar.
" Apa yang unpredictable ? " Soalan yang membawa Anna Sofea ke alam nyata.
Dengan wajah keliru dia bertanya. " Apa yang unpredictable ? "
Akalili yang masih agak mamai- mamai mengerutkan kening.
" Mana Aka tau. Kau yang tiba2 sebut unpredictable out of blue. Tu aku tanya , " balasnya sambil menggosok mata.
" Saja sebut , "
" oh , " terus Akalili mengangguk kepala lalu bangun dari baring.
Sepi sesaat dua.
" Lain kali, kalau berkhayal tu kalau nak cakap sorang-sorang , jangan lupa sebut banyak - banyak. Jadi , boleh share cerita. Takpun , boleh Aka buat modal jenaka ke ?
Huh ?
Terbingung Anna Sofea . Akalili hanya ketawa -ketawa melihat reaksi Anna Sofea menyebabkan bantal dibaling kearahnya secara spontan.
"Tak payah cari modal. Kau kalau benda pasal sakat menyakat ni laju je. Dah lah, baik Aka pergi mandi lagi ada faedah. Lagi baik dari sakat orang yang boleh membawa kepada dosa, " dibebelnya Akalili yang masih ketawa.
" Ye mak , "
Serentak itu, sebiji bantal sekali lagi terbang kearahnya .
Tiada ulasan:
Catat Ulasan